Selasa, 14 Juni 2016

laporan ekologi hutan



LAPORAN
 EKOLOGI HUTANAN


Disusun Oleh:
Kelompok : I
Pije Irwansyah           : 105950046714
Dimas Pertiwi             : 105950047014
Amatul Widia             : 105950044114
Hendri                         : 105950046514
M. Jafar                      : 105950045314
Risna                           : 105950046414
ABD. Rahman           : 105950044614

JURUSAN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, karunia, dan  hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan  Laporan praktek lapangan  yang berjudul “Analisis Vegetasi  di Hutan Industri PT. INHUTANI” dan kami juga tak pula kirimkan salam serta salawat kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul pembawa kebenaran dari semua aspek diantaranya ilmu pengetahuan.
            Laporan ini dapat terselesaikan berkat kerja sama teman-teman kelompok I dan masukan dari beberapa pihak senior maupun dosen dengan  tujuan untuk lebih mengetahui vegetasi yang ada di PT. INHUTANI Kabupaten Gowa lebih lanjut serta menyelesaikan salah satu tugas kuliah sebagai tanggung  jawab mahasiswa dan juga memperluas pengetahuan tentang sistematis penyusunan laporan..
            Demikian proses penyusunan laporan ini, namun perlu teman-teman ketahui bahwa penulis menyadari kekurangan dalam penyusunan laporan ini, maka dari  itu penulis sangat mengharapkan saran dari para pembaca, sebagai langkah  baru untuk menuju  kedepan  yang  lebih baik.  Semoga laporan ini dapat memberikan mamfaat bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.




Makassar,  19 April 2016
                                                  
DAFTAR ISI
Teks                                                                                                         Halaman
Halaman Judul ............................................................................................  i
Kata Pengantar ...........................................................................................  ii
Daftar Isi ......................................................................................................  iii
Daftar Tabel ................................................................................................  iv
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................................................. 1
B.     Maksud Dan Tujuan .......................................................................  2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Ekologi ..........................................................................  3
B.     Penegertian Vegetasi .......................................................................  4
C.    Sejarah Inhutani ..............................................................................  12
BAB III METODE KERJA
A.    Waktu Dan Tempat ........................................................................  15
B.     Alat Dan Bahan ...............................................................................  15
C.    Cara Kerja .......................................................................................  15
D.    Metode Analisis ................................................................................  16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil ..................................................................................................  17
B.     Pembahasan .....................................................................................  24


BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan ......................................................................................  25
B.     Saran ................................................................................................  26
Daftar Pustaka ............................................................................................  27
Lampiran .....................................................................................................  29


















DAFTAR TABEL
Tabel Teks                                                                                               Halaman
1.1      Data Tingkat Pohon .........................................................................  17
1.2      Data Tingkat Tiang ..........................................................................  18
1.3      Data Tingkat Pancang .....................................................................  18
1.4      Data Tingkat Semai ..........................................................................  25
1.5      Hasil INP Tingkat Pohon .................................................................  25
1.6      Hasil INP Tingkat Tiang ..................................................................  22
1.7      Hasil INP Tingkat Pancang .............................................................  22
1.8      Hasil INP Tingkat Semai .................................................................  23
2.1      Data Mentah Tingkat Pohon ...........................................................  27
2.2      Data Mentah Tingkat Tiang ............................................................  27
2.3      Data Mentah Tingkat Pancang .......................................................  28
2.4       Data Mentah Tingkat Semai ..........................................................  28









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Lingkungan merupakan hal yang paling penting untuk dilindungi dan dijaga kelestariannya karena merupakan tempat dimana seluruh makhluk hidup tinggal. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan serta faktor biotik dan abiotik sebagai pendukungnya. Terdapat berbagai ilmu yang mempelajari tentang lingkungan dan salah satunya adalah ekologi.
            Ekologi telah dikenal oleh manusia sejak lama sesuai dengan sejarah peradaban manusia. Dalam hal ini bukan hanya manusia yang bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, akan tetapi juga makhluk-makhluk hidup lainnya. Interaksi antara setiap organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana, melainkan suatu proses yang kompleks. Ekologi sendiri merupakan suatu hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
            Tujuan ekologi adalah untuk memahami mekanisme yang mengatur struktur dan fungsi suatu ekosistem. Untuk mengetahui sistem ekologi pada suatu waktu tertentu, perlu diketahui organisme apa saja yang hidup ditempat tertentu, bagaimana kepadatannya dan bagaimana hubungannya dengan banyak faktor fisik dan kimia dilingkungan abiotik disekelilingnya.
            Ilmu ekologi mempelajari segala hal yang berkaitan dengan lingkungan, salah satunya adalah vegetasi. Vegetasi merupakan sekumpulan tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis yang berbeda hidup bersama di suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga membentuk suatu sistem yang dinamis dan hidup.
            Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.  Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik.
B.     Maksud dan Tujuan Praktek
1.      Mengetahui organisme penyusun komunitas yang diamati
2.      Dapat menghitung distribusi, frekuensi, nilai penting dan komponen untuk habitat
3.      Untuk mengetahui pola kesesuaian jenis terhadap faktor lingkungan yang ada, yang dinyatakan dengan nilai nominasi
4.      Untuk mengetahui pola penguasaan jenis terhadap faktor lingkungan yang ada, yang dinyatakan dengan nilai kerapatan
5.      Untuk mendapatkan nilai penting sebagai indikator tipe asosiasinya
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Ekologi
            Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yaitu seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal atau tempat hidup atau habitat, dan logos yang berarti ilmu, telaah, studi, atau kajian. Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang atau ilmu menganai makhluk hidup dalam rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal makhluk hidup (Inriyanto, 2006).
            Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Enerst Haeckel, seorang ahli biologi bangsa Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah (tempat tinggal) makhluk hidup. Dengan demikian ekologi biasanya diartinya sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Riberu, 2002).
            Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga kedua ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang dipakai dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi, dan informasi. Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas atau beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti uang dalam ekonomi. Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk materi, energi, dan informasi (Riberu, 2002).
            Menurut Campbell (2004), komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya, jumlah spersies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda dalam hubungannya dalam kelimpahan relative spesies. Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang, sementara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies pada umumnya banyak ditemukan. Ekologi dapat dibagi menjadi empat tahap kajian yang semakin menyeluruh sifatnya, yaitu :
1.      Ekologi organisme (organismal ecology), berhubungan dnegan cara-cara berperilaku, fisiologis dan morfologis yang digunakan suatu organisme individual dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungan abiotiknya.
2.      Populasi yaitu suatu kelompok individu dari spesies yang samma yang hidup dalam daerah yang geografis tertentu. Ekologi populasi sebagian besar terpusat pada faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran dan komposisi populasi.
3.      Komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu daerah tertentu. Komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan.
4.      Ekosistem meliputi semua faktor-faktor abiotik selain komunitas spesies yang ada dalam suatu daerah tertentu.
           
            Banyak ahli ekologi berpendapat bahwa kompetisi atau persaingan merupakan suatu faktor utama yang membatasi keanekaragaman spesies yang dapat menempati suatu komunitas. Hipotesis ini sebagian besar didasarkan pada pengamatan perbedaan relung dan pembagian sumberdaya di antara spesies simpatrik. Para ahli ekologi tersebut berpendapar bahwa jumlah tertentu sumberdaya hanya dapat dibagi sedemikian kecilnya sebelum pengaruh dari kompetisi, yang tanpa dapat dihindarkan, mengakibatkan kepunahan pesaing yang lebih lemah, yang menentukan batas jumlah spesies yang dapat hidup bersama-sama (Campbell, 2004).
B.     Pengertian Vegetasi
            Vegetasi dalam artian lain merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.  Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur (Natassa dkk, 2010).
            Pengertian umum vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara individu-individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan fakto-faktor lingkungan. (Marsono, 1977).
            Kehadiran vegetasi pada suatu landskap akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Natassa dkk, 2010).
            Vegetasi merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh atau merupakan suatu masyarakat yang dinamis. Masyarakat tumbuh-tumbuhan terbentuk melalui beberapa tahap invasi tumbuh-tumbuhan, yaitu adaptasi, agregasi, persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilitasi. Untuk menuju ke suatu vegetasi yang mantap diperlukan waktu sehingga dengan berjalannya waktu vegetasi akan menuju ke keadaan yang stabil,proses ini merupakan proses biologi yang dikenal dengan istilah suksesi (Odum,E. P. 1972).
           

            Menurut Latifah (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah antara lain :
1.      Iklim Fluktuasi iklim musiman merupakan faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yangdapat hidup secara tetap di suatu daerah.
2.      Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yangkeragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.
3.      Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies dibandingkan dengandaerah sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luasdan keragaman spesies secara kasar adalah kuantitatif.
            Hewan dan tumbuhan cenderung menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih baik jika faktor-faktor beragam bila dibandingkan dengan jika faktor-faktor tetap. Faktor-faktor yang dipertimbangkan disini adalah faktor-faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil yang mempengaruhi ekosistem. Organisme lain dan beberapa faktor stabil yang lain adalah kemiringan tanah, arah hadapan, ketinggian, lintang, letak, dan pH. Ini mempengaruhi tanaman dan tumbuhan secara tidak langsung melalui pengaruh tersebut terhadap faktor tanah dan udara (Odum,E. P. 1972).
            Vegetasi dalam (komunitas) tanaman diberi nama atau digolongkan berdasarkan spesies atau makhluk hidup yang dominan, habitat fisik atau kekhasan yang fungsional. Dalam mempelajari vegetasi, pengamat melakukan penelitian. Unit penyusun vegetasi (komunitas) adalah populasi. Oleh karena itu semua individu yang berada di tempat pengamatan dilakukan dengan cara mengamati unit penyusun vegetasi yang luas secara tepat sangat sulit dilakukan karena pertimbangan kompleksitas, luas area, waktu dan biaya. Sehingga pelaksanaanya peneliti bekerja dengan melakukan pencuplikan (sampling) dalam menganalisa vegetasi dapat berupa bidang (plot/kuadran) garis atau titik (Odum,E. P. 1972).
            Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan, petak contoh yang dibuat dalamteknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang ditelitibersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secararandom atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling. Bentuk petakcontoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensisampling pola penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studiyang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi empat memberikan datakomposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk lingkaran, terutamabila sumbu panjang dari petak sejajar dengan arah perubahan keadaan lingkunganatau habitat (Schaum’s 1999).
            Ada sejumlah cara untuk mendapatkan informasi tentang struktur dan komposisi komunitas tumbuhan darat. Namun yang paling luas diterapkan adalah cara pencuplikan dengan kuadrat atau plot berukuran baku. Cara pencuplikan kuadrat dapat digunakan pada semua tipe komunitas tumbuhan dan juga untuk mempelajari komunitas hewan yang menempati atau tidak berpindah.Rincian mengenai pencuplikan kuadrat meliputi ukuran, cacah, dan susunan plot cuplikan harus ditentukan untuk membentuk komuniatas tertentu yang dicuplik berdasarkan pada informasi yang diinginkan (Sugianto.A, 1994).
            Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat-sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat-sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi: distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance). Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah  (Odum, E . P. 1972):
1.      Ukuran petak.
2.      Bentuk petak.
3.      Jumlah petak.
4.      Cara meletakkan petak dilapangan.
            Kurva spesies-area  yang menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat (petak ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat. SAC dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun
            Penelitian dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat berukuran 20m x 20m. Untuk menentukan blok pengamatan dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu dipilih blok yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada masing-masing lahan, plot sampel diletakkan di gawangan dan piringan. Pada masing-masing lahan, plot sampel diletakkan di gawangan dan piringan (Soekisman, 1984).
            Plot sampel yang permanen telah terbukti sangat bermanfaat untuk menginvetarisir spesies tumbuhan dan memonitor dinamika hutan dalam suatu rentang waktu (Condit et al. 1996). Inventarisasi kuantitatif dengan menggunakan plot sampel permanen (PSP) juga telah banyak diterapkan di hutan-hutan di Indonesia, akan tetapi sebagian merupakan informasi yang sangat penting dalam perencanaan kegiatan manajemen dan restorasi kawasan hutan (Sutomo, 2012).
            Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan: (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur (Andre, 2009).
            Sistem analisis pada praktikum ini adalah dengan metode kuadrat: Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1995).
            Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap prepresentatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari (Sugianto, 1994).
            Keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Irwanto, 2005).
            Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Sugianto, 1994).
           

            Plotting biasanya sangat efektif  bila digunakan untuk studi vagetasi,
walaupun kadang-kadang juga efektik untuk studi pada hewan. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi  yang erat, baik diantara sesame individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan  suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
            Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya.Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (Marsono, 1977).
            Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau
komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan
penutupan tajuk. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Metode ini harus  dipilih, sebab meletakkan plot secara sembarang tidak akan mencapai tujuan. Letak dan distribusi plot harus diatur sesuai dengan tujuannya, selain itu untuk mempermudah analisis/interpretasi data. Cara pengambilan plot harus  secara random, tersebar dengan jarak yang sama (cara kuadran), mengikuti arah kompas  yang telah ditentukan (arah transek), transek arahnya alternasi dan  berbentuk kuadran atau stratified.
            Metode sampling yang dilakukan adalah metode transek garis dan petak contoh (Line Transect Plot). Pada masing-masing lokasi penelitian dibuat transek garis sebanyak tiga buah pada daerah sampling menggunakan tali rafia. Sepanjang garis transek dibuat plot-plot berukuran 10 x 10 m yang ditempatkan secara acak. Di dalam plot-plot 10 x 10 m dibuat subplot ukuran 5 x 5 m ilakukan identifikasi jenis yang ditemukan pada masing-masing plot. Pada plot 10 x 10 m dilakukan penghitungan jumlah spesies yang ditemukan. (Syafei, 1990)
            Variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies (Syafei, 1990)
            Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot (Greig-Smith .1983)
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya.
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode Berpasangan Acak, Titik Pusat Kwadran, Metode Titik Sentuh, Metode Garis Sentuh, Metode Bitterlich) (Irwanto, 2007).
            Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. (Marsono, 1991)
            Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Irwanto,2007).
            Setiap orgaisme hidupnya bergantung pada organisme lain. Organisme dan spesies yang berbeda saling mempengaruhi macam hubungan yang biasa kita kenal adalah hubungan antara organisme yang makan dan organisme yang dimakan. Vegetasi (latin:vegetare = menghidupkan, vegetation = dunia tumbuhan) yang terdapat didalamnya kebanyakan komunitas hutan, daun–daun, cabang–cabang di bagian–bagian lain di beberapa pohon, semak dll tumbuhan membentuk beberapa lapisan (Rahardjo,s. 1980)
C.    Profil Inhutani
            PT Inhutani I berdiri tahun 1973 (PP No 21 Tahun 1972), lanjutan dari PN Perhutani Kalimantan Timur. Areal konsesi seluas 2,2 juta Ha dengan masa konsesi 20 tahun (Periode Pertama) dari tahun 1973 sampai dengan 1993. Pada tahun 2006, PT Inhutani I memperoleh perpanjangan prinsip masa konsesi periode kedua yang berlaku hingga 2038.
            PT. Eksploitasi & Industri Hutan (PT.INHUTANI I) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1972 guna melanjutkan kegiatan PN Perhutani Kalimantan Timur untuk mengelola areal hutan di Propinsi Kalimantan Timur.
            Anggaran Dasar perusahaan dibuat dihadapan Notaris Soeleman Ardjasasmita, SH dengan Akte nomor 5 tanggal 8 Desember 1973 dan telah dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 30 Juli 1974 Nomor 62. Seiring dengan perkembangan usaha Perseroan, Anggaran Dasar telah beberapa kali dilakukan perubahan, dan terakhir diperbaharui berdasar Keputusan Pemegang Saham Perusahaan (Persero) PT INHUTANI I di luar RUPS tentang Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan (Persero) PT INHUTANI I Nomor : KEP-08/S.MBU/2010 – KEP-01/D4.MBU/2010 dan ditetapkan dengan Akte Notaris Reni Rohaini, SH, MBA Nomor : 23 tanggal 10 Maret 2010 seta telah dicatat dalam data base Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor : AHU-0029974.AH.01.09 Tahun 2010 tanggal 21 April 2010.
            Bidang usaha pokok (core business) Perseroan adalah pengelolaan hutan dan produksi hasil hutan dengan asset produksi berupa 8 (delapan) Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) seluas+ 616.532 hektar dan potensi produksi kayu bulat sebanyak +350.000 m3 per tahun, 3 (tiga) Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) seluas+ 73.316 hektar, dan 3 (tiga) Industri Pengolahan Kayu dengan produk utama woodworking yang mampu menghasilkan out put sebanyak +17.500 m3 per tahun.
           


            Di samping mengelola asset produksi tersebut di atas, Perseroan juga memiliki saham pada perusahaan patungan dengan bidang usaha masing-masing : 2 (dua) perusahaan bidang industry plywood, 3 (tiga) perusahaan bidang pengelolaan hutan alam, dan 15 (lima belas) perusahaan bidang HTI.
            Dalam upaya meningkatkan kinerja usaha, Perseroan juga melaksanakan optimalisasi asset yang dimiliki dengan melaksanakan kegiatan penyadapan getah pinus dan Karet, serta melaksanakan usaha jasa wisata hutan. Core Business Perseroan adalah Pengelolaan Hutan Alam dan Pembangunan Hutan Tanaman serta Unit industri.

















BAB III
METODE  PRAKTIKUM
A.       Waktu dan Tempat
            Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Selasa, 12 April 2016. Dari jam pukul 08:00-13:15 WIB dan dilakukan di PT. INHUTANI  PERSERO Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
B.       Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Tali Rapiah
2.      Meteran
3.       Patok kayu
4.       Alat tulis menulis
C.       Cara Kerja
Adapun cara pratikum yang dilakukan di lapangan adalah sebagai berikut:
1.      Membuat plot ukuran 20x20 m dan dibuat  plot 10x10 m, 5x5 m,  2x2 m.
2.      Menentukan vegetasi tingkat pohon dalam plot ukuran 20x20 m
3.      Menentukan vegetasi tingkat pancang dalam plot ukuran 10x10 m
4.      Menentukan vegetasi tingkat tiang dalam plot ukuran 5x5 m
5.      Menentukan vegetasi tingkat semai dalam plot ukuran 2x2 m











D.       Metode Analisis
  1. Analisis INP tingkat pohon, tiang dan pancang
a.       Kerapatan mutlak dan kerapan relatif
1.      Kerapatan Mutlak  = 
2.      Kerapatan Relatif  =  x 100 %
b.      Frekwensi mutlak dan frekwensi relatif
1.      Frekuensi Mutlak  =  
2.      Frekuensi Relatif  =   x 100 %
c.       Dominasi Mutlak & Dominasi Relatif
1.      Dominasi Mutlak      = 
2.      Dominasi Relatif        =   x 100 %
d.      Indeks Nilai Penting ( INP )
INP = KR + FR + DR
              KR         = Kerapatan Relatif (%)
              FR          = Frekuensi Relatif (%)
              DR         = Dominasi Relatif (%)
  1. Analisis INP tingkat semai dan pancang
INP = KR + FR
KR         = Kerapatan Relatif (%)
FR           = Frekuensi Relatif (%)







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
            Setelah melakukan praktikum di lahan PT INHUTANI didapatlah hasil sebagai berikut :
a.       Tabel 1.1 Data tingkat pohon
Plot I
Plot II
Plot III
Jati (Tectona grandis)
Jati (Tectona grandis)
Akasia (Acacia mangium)
Akasia (Acacia mangium)
Jati (Tectona grandis)
Jati (Tectona grandis)

Jati (Tectona grandis)
Akasia (Acacia mangium)

Akasia (Acacia mangium)
Jati (Tectona grandis)

Jati (Tectona grandis)
Jati (Tectona grandis)


Jati (Tectona grandis)

1.      Kerapatan mutlak
e.       Jati                =  = 0,96
f.       Akasia           =   = 41,66
                                    0,96 + 41,66 = 42,62
Kerapatan relatif
a.       Jati                =  x 100% = 2,25
b.      Akasia           =  x 100% = 97,74
                                    2,25 + 97,74 = 99,99
2.      Frekwensi mutlak
a.       Jati                =  = 1
b.      Akasia           =  = 1
                                    1 + 1 = 2
Frekwensi relative
a.       Jati                =  x 100% = 50
b.      Akasia           =  = x 100% = 50
50    + 50 = 100
3.      Dominasi mutlak
a.       Jati                =
                      =   = 3,75
b.  Akasia            =
                      =   = 2,4125
                      3,75 + 2,4125 = 6,16
Dominasi relatif
a.    Jati                   =   x 100% = 60,87
b.    Akasia                         =  x 100% = 39,12
                       60,87 + 39,12 = 99,99
Tabel 1.2 Hasil INP tingkat Pohon
No
Jenis
KR
FR
DR
INP
1
Jati (Tectona grandis)
2,25
50
60,87
113,12
2
Akasia (Acacia mangium)
99,74
50
39,12
186,86


99,99
100
99,99
299,98

b.      Tabel 1.3 Data tingkat tiang
Plot I
Plot II
Plot III
Jati (Tectona grandis)
Jati (Tectona grandis)
Jati (Tectona grandis)
Akasia (Acacia mangium)
Akasia (Acacia mangium)
Jati (Tectona grandis)
Akasia (Acacia mangium)

Jati (Tectona grandis)
Akasia (Acacia mangium)

Akasia (Acacia mangium)
Jati (Tectona grandis)

Jati (Tectona grandis)
Jati (Tectona grandis)


Jati (Tectona grandis)



1.      Kerapatan mutlak
a.    Jati                   =   = 75
b.    Akasia                         =  = 41,66
                       75 + 45,66 = 116,66
Kerapatan relatif
a.       Jati                =   = x 100% = 64,28
b.      Akasia           =  = x 100% = 35,71
                       64,28 + 35,71 = 99,99
2.      Frekwensi mutlak
a.       Jati                   =   = 1
b.      Akasia                         =  = 1
                                    1 + 1 = 2
Frekwensi relatif
a.       Jati                   =   x 100% = 50
b.      Akasia                         =   x 100% = 50
                                    50 + 50 = 100
3.      Dominasi mutlak
a.       Jatih                 =  
                                    =   = 1,2525
b.      Akasia            =  
                                    =  = 0,65
                                    1,2525 + 0,65 = 1,90
Dominan relatif
a.       Jati                  =  x100% = 65,78
b.      Akasia            =  x 100% = 34,21
                       = 65,78 + 34,21 = 99,99
Tabel 1.4 Hasil INP tingkat tiang
No
Jenis
FR
FR
DR
INP
1
Jati (Tectona grandis)
64,28
50
65,78
180,06
2
Akasia (Acacia mangium)
35,71
50
34,21
119,92


99,99
100
 99,99
299,98

c.       Tabel 1.5 Data tingkat pancang
Plot I
Plot II
Plot III
Pulai (Alstonia scolaris)
Waru (H. Titilliaceus)
Pulai chromolaena odorate)
Pulai (Alstonia scolaris)
Pulai (Alstonia scolaris)
Jati (Tectona grandis)
Kopi (Coffea)
Waru (H. Titilliaceus)
Jati (Tectona grandis)
Kopi (Coffea)
Kopi (Coffea)
Akasia (Acacia mangium)

Lahuna (Chromolaena odorate)
Lahuna (Chromolaena odorate)


Pulai (Alstonia scolaris)

a.       Kerapatan mutlak
1.      Pulai               =  =  = 41,66
2.      Rita                =  =  = 25
3.      Waru              =  =  = 16,66
4.      Lahuna           =  =  = 16, 66
5.      Jati                  =  =  = 16, 66
6.      Akasia            =  =  = 8,33
                         41,66 + 25 + 16,66 + 16,66 + 16,66 + 8,33 = 124,97
Kerapatan relatif
1.      Pulai               =  x 100% = 33,33
2.      Rita                =  x 100% = 20
3.      Waru              =  x 100% = 13,33
4.      Lahuna           =  x 100% = 13,33
5.      Jati                  =  x 100% = 13,33
6.      Akasia            =  x 100% = 66,66
                       33,33 + 20 + 13,33 + 13,33 + 13,33 + 66,66 = 99,95
b.      Frekwensi mutlak
1.      Pulai               =  = 1
2.      Rita                =  = 0,66
3.      Waru              =  = 0,33
4.      Lahuna           =  = 0,66
5.      Jati                  =  = 0,33
6.      Akasia            =  = 0,33
                       1 + 0,66 + 0,33 + 0,66 + 0,33 + 1 = 3,31
Frekwensi relatif
1.      Pulai               =  x 100% = 30,21
2.      Rita                =  x 100% = 19,93
3.      Waru              =  x 100% = 9,96
4.      Lahuna           =  x 100% = 19,93
5.      Jati                  =  x 100% = 9,96
6.      Akasia            =  x 100% = 9,96
                       30,21 + 19,93 + 9,96 + 19,93 + 9,96 + 9,96 = 99,95




Tabel 1.6 Hasil INP tingkat pancang
No
Jenis
KR
FR
INP
1
Pulai (Alstonia scolaris)
33,33
30,21
63,54
2
Kopi (Coffea)
20,00
19,93
39,93
3
Waru (H. Titilliaceus)
13,33
9,96
23,29
4
Lahuna (Chromolaena odorate)
13,33
19,93
33,26
5
Jati (Tectona grandis)
13,33
9,96
23,29
6
Akasia (Acacia mangium)
6,66
9,96
16,62


99,95
99,95
199,93

d.      Tabel 1.7 Data tingkat semai
Plot I
Plot II
Plot III
Lahuna (Chromolaena odorate)
Lahuna (Chromolaena odorate)
Bunga tai ayam (Lantana camara)
Bunga tai ayam (Lantana camara)



a.       Kerapatan mutlak
1.         Lahuna                      =  = 16,66
2.         Lantana camara         =  = 16,66
                                  16,66 + 16,66 = 33,23
Kerapatan relatif
1.      Lahuna                       =  x 100% = 50
2.      Lantana camara          =  x 100% = 50
                                   50 + 50 = 100




b.      Frekwensi mutlak
1.         Lahuna                      =  = 0,66
2.         Lantana camara         =  = 0,66
                                  0,66 + 0,66 = 1,32

Frekwensi relatif
1.      Lahuna                       =  x 100% = 50
2.      Lantana camara          =  x 100% = 50
                                   50 + 50  = 100
Tabel 1.8 Hasil INP tingkat semai
No
Jenis
KR
FR
INP
1
Lahuna (Chromolaena odorate)
50
50
100
2
Bunga tai ayam (Lantan camara)
50
50
100


100
100
200















B.     Pembahasan
Dari hasil perhitungan, didapatkan hasil dalam tiap tingkatan:
1.      Tingkat pohon
                         KR terbesar ada pada jenis Akasia dengan nilai 99,74 %. Kemudian FR terbesar ada pada jenis Jati (Tectona grandis) dan Akasia (Acacia mangium) dengan nilai masing-masing 50% . Sedangkan nilai DR terbesar ada pada jenis Akasia (Acacia mangium) dengan nilai sebesar 186,86 %. Nilai ini menunjukkan penutupan tajuknya besar. Sedangkan nilai INP nya adalah 299,98%.
2.      Tingkat tiang
                        KR terbesar ada pada jenis Jati (Tectona grandis) nilai 64,28%. Begitu juga dengan FR terbesar ada pada jenis jati (Tectona grandis) dan Akasia (Acacia mangium) dengan nilai masing-masing 50% . Sedangkan nilai DR terbesar ada pada jenis Jati (Tectona grandis) dengan nilai sebesar 180,06 %. Nilai ini menunjukkan penutupan tajuknya besar. Sedangkan nilai INP nya adalah 299,98%.
3.      Tingkat pancang
                        KR terbesar ada pada jenis Pulai (Alstonia scolaris) dengan nilai 33,33 %. Begitu juga dengan FR terbesar ada pada jenis Pulai (Alstonia scolaris) dengan nilai 30,21%. Sedangkan nilai INP nya adalah 199,93%.
4.      Tingkat semai
                        KR terbesar ada pada jenis Lahuna (Chromolaena odorate) dan Bunga tai ayam (Lantara camara) dengan nilai masing-masing 50 %. Begitu juga dengan FR dengan nilai yang sama 50%. Sedangkan nilai INP nya adalah 200%








BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Vegetasi tingkat pohon KR terbesar ada pada jenis Akasia (Acacia mangium)  dengan nilai 99,74 %. Kemudian FR terbesar ada pada jenis Jati (Tectona grandis) dan Akasia (Acacia mangium)  dengan nilai masing-masing 50% . Sedangkan nilai DR terbesar ada pada jenis Akasia (Acacia mangium)  dengan nilai sebesar 186,86 %. Nilai ini menunjukkan penutupan tajuknya besar. Sedangkan nilai INP nya adalah 299,98%.
2.      Tingkat tiang KR terbesar ada pada jenis Jati (Tectona grandis) dengan nilai 64,28%. Begitu juga dengan FR terbesar ada pada jenis Jati (Tectona grandis) dan Akasia (Acacia mangium)  dengan nilai masing-masing 50% . Sedangkan nilai DR terbesar ada pada jenis Jati (Tectona grandis) dengan nilai sebesar 180,06 %. Nilai ini menunjukkan penutupan tajuknya besar. Sedangkan nilai INP nya adalah 299,98%.
3.      Tingkat pancang KR terbesar ada pada jenis Pulai (Alstonia scolaris) dengan nilai 33,33 %. Begitu juga dengan FR terbesar ada pada jenis Pulai (Alstonia scolaris) dengan nilai 30,21%. Sedangkan nilai INP nya adalah 199,93%
4.      Tingkat semai KR terbesar ada pada jenis Lahuna (Chromolaena odorate)  dan Bunga tai ayam (Lantara camara) dengan nilai masing-masing 50 %. Begitu juga dengan FR dengan nilai yang sama 50%. Sedangkan nilai INP nya adalah 200%







B.     Saran
            Untuk mahasiswa, sebaiknya praktikan perlu peralatan yang disediakan oleh pihak fakultas agar mahasiswa dapat optimal melakukan praktikum ini. Dan para praktikan melakukan praktikum ini dengan teliti agar hasil yang diperoleh objektif. Selain itu, praktikan harus melakukan semua praktikum sesuai dengan prosedur yang ada, sehingga tidak terjadi kesalahan saat praktikum sehingga dapat didapatkan hasil yang memuaskan.
           





















DAFTAR PUSTAKA
Andre. M. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.  Makassar: Diakses pada Tanggal 17 Oktober 2014.
Campbell, Neil. A, Mitchell dan Ritche. 2004. Biologi Jilid 4. Erlangga: Jakarta.
Irwanto, Fatchur dan Sumberartha. W.I. 2007. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA
Marsono, D.J. 1991. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia Buletin Instiper Volume 2 No.2. Yogyakarta : Institut Pertanian Stiper
Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. UI Press: Jakarta
Natassa, dkk. 2010. Analisa Vegetasi dengan Metode Kuadran. (Tanggal akses: 17 Oktober 2014): Makasssar.
Odum, E . P. 1972. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunder Company Philadelphia. London Toronto.
Rahardjo,S. 1980. Ekologi Tumbuhan. Surakarta : Tiga Serangkai
Rahardjanto dan Abdulkadir.  2001.  Ekologi Umum. Umm Press: Malang
Riberu dan Paskalis. 2002. Pembelajaran ekologi. Jurnal pendidikan penabur. No 1/Th. I. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta








LAMPIRAN
A.    Tabel 2.1 Data mentah tingkat pohon
No Plot

Jenis
Keliling
(cm)
Diameter
(cm)

LBDS
I
Jati
63
20,06
0,0314
Akasia
135
42,99
7,15

II


Jati
111
35,35
48,33
Jati
110
35,03
47,49
Jati
97
30,89
36,74
Akasia
67
21,33
17,46
Akasia
67
20,7
16,52
Jati
65
20,51
15,68
TIIIII
III


Akasia
64
21,65
18,10
Jati
68
21,01
17,06
Akasia
66
21,33
17,55
Jati
67
22,29
19,18
Jati
70
23,88
22,04

B.     Tabel 2.2 Data mentah tingkat tiang
No Plot

Jenis
Keliling
(cm)
Diameter
(cm)
LBDS
I





Jati
53
16,87
223,40
Akasia
33
10.50
86,54
Akasia
53
16,87
223,40
Akasia
55
17,51
240,68
Jati
47
14,96
175,68
Jati
30
9,55
71,59
Jati
39
12,42
121,08
II
Jati
57
18,15
258,59
Akasia
34
10,82
91,89
III



Jati
48
15,28
183,27
Jati
38
12,10
114,93
Jati
60
19,10
286,37
Akasia
43
13,69
147,11
Jati
31
9,87
76,46

C.     Tabel 2.3 Data mentah tingkat pancang
No Plot
Jenis

I
Pulai
Pulai
Rita
Rita

II
Waru
Pulai
Waru
Rita

III
Pulai
Jati
Jati
Akasia
Lahuna
Pulai

D.    Tabel 2.4 Data mentah tingkat semai
No Plot
Jenis
I
Lahuna
Lantana cemara
II
Lahuna
II
Lantana cemara



Tidak ada komentar:

Posting Komentar