LAPORAN
KONSERVASI TANAH DAN AIR
Disusun
Oleh:
Nama
: Pije Irwansyah
NIM :
105950046714
Kelas :
III. A
Kelompok : I
JURUSAN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS PERTANIAAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini guna memenuhi salah satu
mata kulya konservasi tanah dan air.
Dalam
peyusunan laporan ini kami selalu berusaha sebaik-baiknya dengan
berpegang kepada
ketentuan yang berlaku, namun karena keterbatasan pengetahuan dan waktu maka
kami menyadari dalam penyajiannya jauh dari sempurna. Untuk itu segala saran
dan kritik sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan ini.
Selanjutnya harapan kami semoga Semoga laporan ini dapat memberikan mamfaat bagi penulis
khususnya serta para pembaca pada umumnya. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.
Wb.
Makassar,
20 April 2016
Penyusun:
.
DAFATAR ISI
Teks Halaman
Halama Judul ................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
Daftar Gambar ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang ................................................................................. 1
B.
Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Erosi ............................................................................... 3
B.
Proses Erosi ...................................................................................... 4
C.
Jeni-Jenis Erosi ................................................................................ 5
D.
Penyebab Terjadinya Erosi .............................................................. 6
E.
Propil Inhutani .................................................................................. 9
BAB III METODE PRAKTEK
A.
Waktu Dan Tempat .......................................................................... 11
B.
Alat Dan Bahan ................................................................................ 11
C.
Cara Kerja ........................................................................................ 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil .................................................................................................. 12
B.
Pembahasa ........................................................................................ 13
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ....................................................................................... 14
B.
Saran ................................................................................................. 14
Daftar Pustaka ............................................................................................. 15
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Erosi Alur ................................................................................................
12
1.2 Erosi Tebing sungai ................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Erosi tanah adalah penyumbang
terbesar dari terjadinya degradasi lahan. Walaupun degradasi lahan bukan
merupakan peristiwa ekonomi akan terapi proses ini berkaitan erat dengan
penurunan mutu lahan yang menyebabkan menurunnya produksi pertanian dan
meningkatnya biaya pencegahan degradasi lahan yang merupakan problem ekonomi.
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat erosi tanah dapat dibagi atas kerugian
ekonomi yang diakibatkan oleh dampak langsung di tempat kejadian erosi
(on-site) maupun dampak di luar tempat kejadian erosi (off-site). Dampak
langsung yang utama adalah penurunan produktivitas tanaman yang diakibatkan
oleh kemerosotan produktivitas tanah, kehilangan unsur hara tanah dan
kehilangan lapisan tanah yang baik/subur bagi berjangkarnya akar tanaman,
sedangkan dampak tidak langyung adalah pelumpuran dan pendangkalan waduk,
kerusakan ekosistem peraimn, memburuknya kualitas air, meningkatnya frekuensi
dan masa kekeringan, serta tertimbunnya lahan-lahan pertanian.
Oleh karena itu demi mengantisipasi
terjadinya kerusakan lahan maka diperlukan pemamfaatan teknologi yang efektif
dan mampu menyajikan informasi yang akurat dan komprehensif. Penyajian
informasi yang dimaksud dapat diperoleh dari pemamfaatan Sistem Informasi
Geografis (SIG). Hal ini sesuai dengan GBHN 1999-2004 yang menyebutkan bahwa
pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan kemampuan
nasional, dengan memamfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan tantangan perkembangan global.
B. Tujuan
Untuk
mengetahui bagaimana terjadinya erosi, jenis-jenis, faktor-faktor penyebab dan
dampak yang di timbulkan oleh terjadinya erosi. Dengan mengetahui factor
penyebab dan dampak yang timbulkan kita bisa melakukan penanggulangan lebih
dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Erosi
Erosi merupakan peristiwa pindahnya
atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari satu tempat ke tempat
lain oleh media alami (air dan angin). Tanah dan air merupakan sumber daya alam
utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumber
daya yang banyak digunakan, tanah dapat mengalami pengikisan (erosi) akibat
bekerjanya faktor-faktor penyebab erosi. Keseimbangan alam mengakibatkan tanah
dapat mengalami proses erosi atau pengikisan secara sendirinya, erosi ini
sering disebut dengan erosi geologi atau geological erosion.
Erosi jenis ini tidak berbahaya karena lajunya seimbang dengan pembentukan
tanah di tempat terjadinya erosi tersebut. Kehadiran manusia disadari atau
tidak, mulai meningkatkan laju erosi. Erosi ini dikenal sebagai erosi
dipercepat atau accelerated erosion. Menyadari akan bahaya atau
dampak yang ditimbulkan oleh erosi, manusia telah berusaha untuk
mengendalikannya. Pengendaliannya di sini bukan berarti mencegah erosi, tetapi
mengurangi laju kehilangan tanah mendekati laju yang terjadi pada kondisi alami
(Morgan, R. P. C. 1979).
Erosi adalah istilah yang digunakan
bidang geologi untuk menggambarkan proses pembentukan alur-alur atau
parit-parit dan penghanyutan bahan-bahan padat oleh aliran air. Erosi dan sedimentasi
menjadi penyebab utama berkurangnya kapasitas saluran atau sungai akibat
pengendapan material hasil erosi. Dengan berjalannya waktu, aliran air
terkonsentrasi ke dalam suatu lintasanlintasan yang agak dalam, dan mengangkut
partikel tanah dan diendapkan ke daerah di bawahnya yang mungkin berupa:
sungai, waduk, saluran irigasi, ataupun area pemukiman penduduk. Erosi
permukaan (surficial erosion) merupakan proses pelepasan dan
pengangkutan partikel tanah secara individu oleh akibat hujan, angin atau es.
Erosi percikan (erosion splash) adalah erosi yang merupakan hasil dari
percikan/benturan air hujan secara langsung pada partikel tanah dalam keadaan
basah. Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan
kekuatan penyebaran hujan ke permukaan tanah, kecepatan aliran permukaan serta
kerusakan erosi yang ditimbulkannya (Morgan,
R. P. C. 1979).
B.
Proses Erosi
Di daerah-daerah tropis yang lembab
seperti di Indonesia maka air merupakan penyebab utama terjadinya erosi,
sedangkan untuk daerah-daerah panas yang kering maka angin merupakan faktor
penyebab utamanya.
Percikan
air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah pada erosi yang
disebabkan oleh air. Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang
gundul, partikel tanah terlepas dan terlempar ke udara. Karena gravitasi bumi,
partikel tersebut jatuh kembali ke bumi. Pada lahan miring partikel-partikel
tanah tersebar ke arah bawah searah lereng. Partikel-partikel tanah yang
terlepas akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air hujan juga menimbulkan
pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan. Hal ini mengakibatkan
menurunnya kapasitas dan laju infiltrasi tanah. Pada kondisi dimana intensitas
hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi genangan air di permukaan
tanah, yang kemudian akan menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan ini
menyediakan energi untuk mengangkut partikel-pertikel yang terlepas baik oleh
percikan air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu sendiri. Pada saat
energi aliran permukaan menurun dan tidak mampu lagi mengangkut partikel tanah
yang terlepas, maka partikel tanah tersebut akan mengendap baik untuk sementara
atau tetap (Morgan, R. P. C. 1979).
Proses
pengendapan sementara terjadi pada lereng yang bergelombang, yaitu bagian
lereng yang cekung akan menampung endapan partikel yang hanyut untuk sementara
dan pada hujan berikutnya endapan ini akan terangkut kembali menuju dataran
rendah atau sungai. Pengendapan akhir terjadi pada kaki bukit yang relatif
datar, sungai dan waduk. Pada daerah aliran sungai, partikel dan unsure hara
yang larut dalam aliran permukaan akan mengalir dan mengendap ke sungai dan
waduk sehingga menyebabkan pendangkalan. Besarnya erosi tergantung pada
kuantitas suplai material yang terlepas dan kapasitas media pengangkut. Jika
media pengangkut mempunyai kapasitas lebih besar dari suplai material yang
terlepas, proses erosi dibatasi oleh pelepasan (detachment limited).
Sebaliknya jika kuantitas suplai materi melebihi kapasitas, proses erosi
dibatasi oleh kapasitas (capacity limited) (Carson, B., dan W.H.,
Utomo, 1986).
C.
Jenis-Jenis Erosi
1. Erosi
Percikan ( Splash Erosion )
Erosi hasil dari percikan/benturan
air hujan secara langsung pada partikel tanah dalam keadaan basah. Besarnya
curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan penyebaran
hujan ke permukaan tanah, kecepatan aliran permukaan serta kerusakan erosi yang
ditimbulkannya.
2. Erosi Lembar
( Sheet Erosion )
Pengangkutan
lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah.
3. Erosi Alur (
Rill Erosion )
Erosi akibat pengikisan tanah oleh
aliran air yang membentuk parit atau saluran kecil, dimana pada bagian tersebut
telah terjadi konsentrasi aliran air hujan di permukaan tanah.
4. Erosi Parit (
Gully Erosion )
Kelanjutan dari erosi alur, yaitu
terjadi bila alur –alur menjadi semakin lebar dan dalam yang membentuk parit
dengan kedalaman yang dapat mencapai 1 –2,5 m atau lebih.
5.
Erosi Sungai/Saluran
Erosi yang terjadi akibat dari
terkikisnya permukaan tanggul sungai dan gerusan sediment di sepanjang dasar
saluran. Erosi semacam ini dipengaruhi oleh variabel hidrologi/hidrolik yang
mempengaruhi sistem sungai.
6.
Longsor (landslide)
Bentuk erosi yang pangankutan atau perpindahan
tanahnya terjadi pada suatu saat dan dalam volume yang besar Proses.
D. Penyebab
Terjadinya Erosi
1. Iklim/Curah Hujan
Besarnya curah hujan adalah volume
air yang jatuh pada satu areal tertentu,
Sifat-sifat hujan yang perlu
diketahui:
a.
Intensitas hujan adalah banyaknya hujan persatuan waktu.
Dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam
b.
Jumlah hujan: banyaknya air hujan selama terjadi
hujan, selama satu bulan atau satu tahun dsb.
c. Distribusi
hujan: penyebaran waktu terjadinya hujan (A.G Kartasapoetra. 1986)
2. Relief/Topografi
Kemiringan
dan panjang lereng merupakan 2 faktor yang paling berpengaruh terhadap aliran
permukaan dan erosi. Unsur lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi,
keseragaman dan arah lereng.
Kemiringan
Lereng
1. Kemiringan
dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak horizontal 100
meter mempunyai selisih tinggi 10 meter membentuk lereng 10 persen.
Kecuraman lereng 100 persen sama dengan kecuraman 45 derajat.
2. Semakin curam
lereng semakin memperbesar jumlah dan kecepatan aliran permukaan sehingga
memperbesar energi angkut air.
3. Dengan
semakin miring lereng maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah
oleh tumbukan butir hujan akan semakin banyak.
Yang
mempengaruhi kemungkinan yang terjadi pada lereng adalah:
a. Panjang
Lereng
Panjang lereng dihitung mulai dari
titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik di mana air masuk kedalam
saluran atau sungai, atau sampai kemiringan lereng berkurang demikian rupa
sehingga kecepatan aliran air berubah.
b. Konfigurasi
Lereng
Lereng permukaan tanah berbentuk cembung
(konvek) atau cekung (konkav). Erosi lembar lebih besar terjadi pada permukaan
lereng cembung dari pada permukaan cekung. Sedangkan pada permukaan cekung
cenderung terbentuk erosi alur atau parit.
c. Konfigurasi
Lereng
Lereng permukaan tanah tidak selalu
seragam kecuramannya. Sehingga memungkinkan berpengaruh terhadap aliran
permukaan dan erosi.
d. Arah Lereng
Di belahan bumi bagian utara lereng
yang menghadap kearah selatan mengalami erosi lebih besar daripada yang
menghadap ke uatara. Tanah-tanah pada lereng yang menghadap ke selatan
sedikit kandungan organik dan lebih mudah terdispersi karena pengaruh sinar
matahari (Arsyad, S., 2000)
3. Vegetasi/tumbuh-tumbuhan
Pengaruh
vegetasi terhadap erosi yaitu :
a. Menghalangi
air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah sehingga kekuatan untuk
menghancurkan tanah sangat dikurangi. Makin rapat vegetasi, makin efektif
mencegah terjadinya erosi.
b. Menghambat
aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi.
c. Penyerapan
air ke dalam tanah diperkuat oleh transpirasi melalui vegetasi.
4.
Tanah
Sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah:
a. Sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas menahan
air.
b. Sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap disperse dan
pengikisan oleh butir-butir hujan yang jatuh dan aliran permukaan.
Sifat-sifat
tanah yang mempengaruhi erosi:
1. Tekstur
Tekstur adalah ukuran dan proporsi
kelompok ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah. Terbagi menjadi liat (clay),
debu (silt) dan pasir (sand). Tanah bertekstur kasar (pasir atau
pasir berkerikil) mempunyai kapasitas infiltrasi tinggi, tanah bertekstur pasir
halus juga mempunyai kapasitas infiltrasi cukup tinggi, akan tetapi jika
terjadi aliran permukaan maka butir-butir halus akan mudah terangkat, Tanah
mengadung liat dalam jumlah yang tinggi akan menyebabkan terjadinya aliran
permukaan erosi yg tinggi.
2. Struktur
Struktur adalah ikatan butir primer
kedalam butir sekunder atau agregat. Terdapat 2 aspek struktur yang penting
yaitu :
a. Sifat
fisika-kimia liat.
b. Adanya bahan
pengikat butir-butir primer sehingga terbentuka gregat yang mantap.
3. Bahan organic
Bahan organik berupa daun, ranting
dan sebagainya yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah merupakan
pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh.
4. Sifat lapisan tanah
Tanah yang dalam dan permeabel
kurang peka terhadap erosi daripada tanah yang permeabel tetapi dangkal (Arsyad, S., 2000)
5. Tingkat kesuburan tanah
Perbaikan kesuburan tanah akan
memperbaiki pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan
memperbaiki penutupan tanah dan lebih banayak sisa tanaman yang kembali ke
tanah (Arsyad, S., 2000)
5.
Manusia
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat
diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pembuatan teras-teras
pada tanah yang berlereng curam merupakan pengaruh baik bagi manusia karena
dapat mengurangi erosi. Sebaliknya, penggundulan hutan di daerah-daerah
pegunungan merupakan pengaruh manusia yang jelek karena dapat mempengaruhi
banjir (Arsyad, S., 2000)
E. Profil PT. Inhutani I
PT Inhutani I berdiri tahun 1973 (PP
No 21 Tahun 1972), lanjutan dari PN Perhutani Kalimantan Timur.
Areal konsesi seluas 2,2
juta Ha dengan masa konsesi 20 tahun (Periode Pertama) dari tahun 1973 sampai
dengan 1993.
Pada tahun 2006, PT Inhutani I
memperoleh perpanjangan prinsip masa konsesi periode kedua yang berlaku hingga
2038.
PT. Eksploitasi & Industri Hutan
(PT.INHUTANI I) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1972
guna melanjutkan kegiatan PN Perhutani Kalimantan Timur untuk mengelola areal
hutan di Propinsi Kalimantan Timur.
Anggaran Dasar perusahaan dibuat
dihadapan Notaris Soeleman Ardjasasmita, SH dengan Akte nomor 5 tanggal 8 Desember
1973 dan telah dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 30 Juli
1974 Nomor 62. Seiring dengan perkembangan usaha Perseroan, Anggaran Dasar
telah beberapa kali dilakukan perubahan, dan terakhir diperbaharui berdasar
Keputusan Pemegang Saham Perusahaan (Persero) PT INHUTANI I di luar RUPS
tentang Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan (Persero) PT INHUTANI I
Nomor : KEP-08/S.MBU/2010 – KEP-01/D4.MBU/2010 dan ditetapkan dengan Akte
Notaris Reni Rohaini, SH, MBA Nomor : 23 tanggal 10 Maret 2010 seta telah
dicatat dalam data base Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia nomor : AHU-0029974.AH.01.09 Tahun 2010 tanggal 21 April
2010.
Bidang usaha pokok (core business)
Perseroan adalah pengelolaan hutan dan produksi hasil hutan dengan asset
produksi berupa 8 (delapan) Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam
(IUPHHK-HA) seluas+ 616.532 hektar dan potensi produksi kayu bulat sebanyak
+350.000 m3 per tahun, 3 (tiga) Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan
Tanaman (IUPHHK-HT) seluas+ 73.316 hektar, dan 3 (tiga) Industri Pengolahan
Kayu dengan produk utama woodworking yang mampu menghasilkan out put sebanyak
+17.500 m3 per tahun.
Di samping mengelola asset produksi
tersebut di atas, Perseroan juga memiliki saham pada perusahaan patungan dengan
bidang usaha masing-masing : 2 (dua) perusahaan bidang industry plywood, 3
(tiga) perusahaan bidang pengelolaan hutan alam, dan 15 (lima belas) perusahaan
bidang HTI.
Dalam upaya meningkatkan kinerja
usaha, Perseroan juga melaksanakan optimalisasi asset yang dimiliki dengan
melaksanakan kegiatan penyadapan getah pinus dan Karet, serta melaksanakan
usaha jasa wisata hutan. Core Business Perseroan adalah Pengelolaan Hutan Alam
dan Pembangunan Hutan Tanaman serta Unit industri.
BAB III
METODE PRAKTEK
A. Waktu dan tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Selasa, 12 April 2016 pukul 09.00-selesai. Dan
bertempat di Hutan Industri PT. Inhutani Kacamatan Parangloe Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan.
B. Alat dan bahan
Adapun
alat yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu kamera (HP)
C. Cara kerja
Prosedur
kerja pada praktikum ini adalah melakukan observasi sepanjang kawasan Hutan
Industri PT. Inhutani dan mengidentifikasi jenis-jenis erosi dan mengambil dokumentasi
dengan kamera (HP)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Erosi Lembar
Pengangkutan
tanah yang diakibatkan oleh aliran-aliran kecil sehingga alur membentuk parit
kecil dan dangkal. Terjadi tidak merata pada permukaan tanah tetapi terkosentrasi
pada suatu alur tertentu. Kecenderungan erosi terjadi akibat aliran-aliran
kecil pada sungai serta sifat fisik tanah ataupun bekas menarik balok kayu.
Gambar 1.1 Erosi
lembar
2.
Erosi tebing sungai
Terjadi
akibat pengikisan tebing sungai oleh air yang mengalir atau terjangan aliran
sungai yang kuat pada sungai. Lebih jauh akan menyebabkan tumbangnya pohon
sekitar tebing. Oleh karena itu, penting untuk memelihara strip tumbuhan
sepanjang sungai berupa rumput, semak, atau hutan sepanjang tebing sungai serta pembuatan teras bangku yang baik
untuk melindungi tebing.
Gambar 1.2 Erosi
tebing sungai
B. Pembhasan
Erosi
merupakan peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah
dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah
atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian
diendapkan pada suatu tempat lain.
Pada
pengamatan erosi di daerah kawasan Industri PT. Inhutani
ditemukan beberapa macam erosi seperti erosi lembar (sheet erosion) yang terjadi di sekitar tanaman kacang, dan erosi tebing sungai (strem bank
erosion). yang terjadi akibat pengikisan
tebing sungai oleh air yang mengalir atau terjangan aliran sungai yang kuat
pada sungai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
pada praktikum ini yaitu erosi yang dapat terindentifikasi pada kawasan huta
Inhutani adalah, erosi lembar (sheet
erosion), dan erosi tebing sungai (strem bank erosion).
B. Saran
Saran yang dapat
diberikan pada praktikum ini adalah jenis erosi yang masih belum dapat
terindentifikasi semoga dapat terindentifikasi oleh praktikan lain kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
A.G Kartasapoetra. 1986.Pengaruh Iklim Terhadap
Tanah dan Tanaman. Jakarta:Bumi Aksara
Arsyad, S., 2000, Konservasi Tanah dan
Air, IPB Press, Bogor.
Carson, B., dan W.H., Utomo, 1986, Erosion
and sediment processes in Java,
Coorperation Ford Foundation with Department of Agriculture Republic of Indonesia.
Morgan, R. P.
C. 1979. Soil Erosion. Longman Group Ltd., New York.
Kartasapoetra,
A.G dan Sutedjo, M.M, 1991. Teknologi
Konservasi Tanah dan Air, Bhineka Cipta,
Jakarta.
Hartobudoyo,
D. 1979. Pemangkasan kopi. Balai Penelitian Perkebunan, Sub Balai Penelitian.
Budidaya, Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar