Minggu, 19 Juni 2016

ANALISIS VEGETASI BAMBU




ANALISIS  VEGETASI HUTAN BAMBU  DAN NILAI MANFAAT POHON  BAMBU DI DESA BANDA, KECAMATAN TARANO, KABUPATEN SUMBAWA


DISUSUN OLEH :
NAMA  : PIJE IRWANSYAH
NIM       : 105950046714


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016





I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Bambu merupakan kelompok hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang potensial dapat mensubstitusi penggunaan kayu. Keberhasilan bambu mensubstitusi kayu untuk bahan baku industri berbasis bahan baku kayu dapat dilihat dari beberapa produk yang beredar di pasaran seperti sumpit (chopstick), tusuk gigi (toothstick), particleboard, playbamboo dan gagang korek api.
Lebih 1.000 species bambu dalam 80 genera, sekitar 200 species dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Widjaja, 1995), sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Tanaman bambu Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m dpl. Pada umumnya ditemukan ditempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air.
Salah satu daerah di Indonesia yang ditumbuhi oleh pohon bambu adalah kabupaten Sumbawa kecamatan tarano, desa banda yang merupakan daerah yang beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. salah satu bambu yang ada di desa banda ini yaitu Bambu duri atau Bambusa blumeana adalah bambu yg pada buku batang dan rantingnya tumbuh duri. Bambu duri memiliki nama lain yaitu haur cucuk di Sunda dan pring gesing di Jawa. Oleh karena itu, penelitian ini untuk mengungkap Analisis  Struktur Dan Komposisi Vegetasi Pohon Bambu menjadi penting dilakukan.
Rumusan masala
1.      Apa saja manfaat bambu bagi masyarakat desa banda ?
2.      Beberapa besar distribusi sebaran diameter dan volume pada tegakan Pohon di Hutan Pendidikan Bengo-Bengo.
3.      Beberapa rata-rata, median, modus, simpangan baku, dan varians serta bagaimana bentuk polygon frekuwensi dan histogram tegakan pohon di Hutan Pendidikan Bengo-Bengo.
1.2 Tujuan
1.      Untuk mengetahui Struktur Dan Komposisi Vegetasi pohon Bambu di desa banda
2.      Untuk mengetahui nilai manfaat pohon bamboo di desa banda
1.3  Manfaat
2.      Sebagai data awal untuk mengetahui struktur vegetasi pohon bambu desa banda
3.      Untuk mengetahui komposisi jenis dan  struktur vegetasi pohon bambu desa banda

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Analisis Vegetasi
            Analisis Vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) masyarakat tumbuh-tumbuhan. Gambaran tentang keadaan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dimaksud dapat diketahui melalui analisis ekologi tumbuh - tumbuhan atau vegetasi yang mempelajari perkembangan mengenai komposisi (susunan jenis) dan struktur (bentuk) masyarakat tumbuh-tumbuhan yang menyusun formasi hutan. Komposisi dan struktur suatu vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor, seperti flora setempat, habitat (iklim, tanah dan lain lain), waktu dan kesempatan (Marsono 1977 dalam Anonim 2009).
            Struktur vegetasi terdiri dari individu – individu yang membentuk tegakan didalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya (Danseral-Dombois 1974).
            Vegetasi tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1.      Belukar : tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagimenjadi banyak sub tangkai.
2.      Epifit : tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain ( biasanya pokon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit
3.      Paku-pakuan : tumbuhan tapa buga atau tangkai , biasanya memilik rizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rizoma tersebut keluar tangkai daun.
4.      Palma : tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama .
5.      Pemanjat : tumbuhan sepeerti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun meramabat atau memnajatuntuk penyokongnya seperti kau atau belukar
6.      Terna : tumbuhan yang merambat ditanah namun tidak menyerupai rumput
7.      Pohon : tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangakai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
            Masyarakat hutan dibagi menurut tingkat yaitu bentuk pohon, bentuk tiang, bentuk pancang, dan bentuk tumbuhan bawah (seedling dan rerumputan). Bentuk pohon yaitu pohon yang telah berdiameter lebih sama dengan 20 cm.Bentuk tiang yaitu pohon muda berdimeter 10 cm sampai kurang dari 20 cm. Bentuk pancang yaitu permudaan dengan tinggi 1,5 m – anakan berdiameter kurang dari 10 cm, sedangkan semai (bentuk tumbuhan bawah) yaitu permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1,5 m. Pembagian ini dimaksud untuk memudahkan dalam pengenalan dan penentuan petak ukur contoh yang digunakan dilapangan. Kemudian contoh dan data yang diperoleh tergantung pada pengambilan contoh karena perubahan yang terjadi dalam kehidupan memerlukan pendekatan melalui penyelidikan (Muller dan Ekkenberg 1974).
            Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang strukt ur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu
1.       Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu area dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan area lain atau area yang sama namun waktu pengamatan berbeda;
2.       Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu area
3.       Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (greig-smith 1983 dalam anonim2009)
2.2  Hutan
            Hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam keadaan keseimbangan dinamis. Dengan demikian berarti berkaitan dengan proses-proses yang berhubungan yaitu:
1.      Hidrologis, artinya hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air hujan maupun embun. Hutan juga berperan untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya.
2.      Iklim, artinya komponen ekosistem alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan (air), sinar matahari (suhu),angin dan kelembapan yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada dipermukaan bumi, terutama iklim makro maupun mikro.
3.      Kesuburan tanah, artinya tanah hutan merupakan pembentuk humus utama dan penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain.
4.      Keanekaragaman genetik, artinya hutan memilki kekayaan dari berbagai jenis flora dan fauna.
5.      Sumber daya alam, artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi devisa negara, terutama di bidang industri.
6.      Wilayah wisata alam, artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber i
7.      nspirasi, nilai estetika, etika dan sebagainya.
            Pohon tidak dapat dipisahkan dari hutan, karena pepohonan adalah vegetasi utama penyusun hutan tersebut. Selama pertumbuhannya pohon melewati berbagai tingkat kehidupan sehubungan dengan ukuran tinggi dan diameternya. Menurut undang undang nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi jenis pepohonan dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan (Anonim 2009).
            Suatu kondisi hutan yang luas diperlukan kegiatan analisis vegetasi yang erat kaitannya dengan sampling. Samping dilakukan dengan menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam sampling yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisis vegetasi yang digunakan (Indriyanto 2006).
            Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisis vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik kurva spesies area (KSA). Kurva species area ini diperlukan untuk dapat menetapkan :
1.      Luas atau besar minimum suatu petak yang dapat mewakili luas tegakan;
2.      Jumlah minimal petak-petak sampling kecil yang diperlukan agar hasilnya mewakili keadaan tegakan.
            Ada dua cara peletakan petak contoh, yaitu cara acak (random sampling) dan cara sistematik (systematic sampling), random sampling hanya mungkin digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutan tanaman atau hutan rumput (artinya, kita bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis berbeda tiap petak contoh relatif kecil). Selanjutnya, penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematic sampling, karena lebih mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat representative dan dapat juga menggunakan purposeive sampling dalam keadaan tertentu (Irwan 2003).
2.3  klasifikasi Bambu
Bambu merupakan kelompok hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang potensial dapat mensubstitusi penggunaan kayu.
a.       Deskripsi tanaman
Di seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus, Dinochloa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostachys, Schizostachyum, dan Thyrsostachys. Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang (Otjo dan Atmadja, 2006). Salah satu jenis bambu yang sudah banyak dikenal dan sering dimanfaatkan oleh  masyarakat adalah bambu tali atau bambu apus. Bambu ini termasuk dalam genus Giga ntochloa, Berikut ini urutan klasifikasi bambu tersebut.
Devisi: Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Klas: Monocotiledonae
Ordo: Graminales
Famili : Gramineae
Subfamili : Bambusoideae
Genus: Gigantochloa
b. Pemanfaatan Tanaman Bambu
1. Akar
Akar Akar tanaman bambu dapar berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran. Akar bambu juga dapat berperan dalam menanganai limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya
2. Batang
Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, namun demikian tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan. Secara geris besar pemanfaatan batang bambu dapat diglongkan kedalam dua hal yaitu:
1. Berdasarkan bentuk bahan baku, yaitu
a. Bambu yang masih dalam keadaan bulat, umumnya digunakan untuk tiang pada bangunan rumah sederhana.
b. Bambu yang sudah dibelah, umumnya digunakan untuk dinding rumah, rangka atap (yang terbuat dari ijuk atau rumbia), simpit, kerajinan tangan dan lain sebagainya.
c. Gabungan bambu bulat dan sudah dibelah serta serat bambu, umumnya digunakan untuk aneka kerajinan tangan, misalnya keranjang, kursi, meja, dan lain-lain.
2. Berdasarkan penggunaan akhir yaitu untuk konstruksi dan non konstruksi
3. Daun
Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Selain itu didalam pengobatan tradisional daun bambu dapat dimanfaatkan untuk mengobati deman panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena daun bambu mengandung zat yang bersifat mendinginkan.
4. Rebung
Rebung, tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizom maupun buku-bukunya. Rebung merupakan anakan dari bambu, rebung yang masih bisa kita konsumsi sebagai sayur berumur kerkisar 1-5 bulan. Rebung dapat difanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis sayur-sayuran. Tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena rasanya yang pahit. Menurut beberapa pengusaha rebung bambu yang rebungnya enak dimakan diantaranya adalah bambu betung
c.       Manfaat Bambu Secara Ekologi
            Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat. Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi.
Kerusakan sumber daya alam di Indonesia telah melampaui ambang batas kerusakan dan cenderung untuk menuju kepada kemusnahan fatal apabila tidak ada usaha penanggulangannya yang berarti. Kawasan hutan seluas 122 juta ha tinggal separuhnya akibat pembalakan liar, yang sampai saat kini belum ada penanganannya secara tuntas. Akibatnya kita dapat merasakan sendiri malapetaka bagi seluruh lapisan masyarakat seperti terjadinya banjir, longsor, sendimentasi, pendangkalan sungai serta muaranya pada musim hujan serta kekurangan air.
Environment Bamboo Foundation mendapat laporan dari banyak negara bahwa debit air meningkat setelah beberapa tahun ditanami bambu dan dalam beberapa kasus muncul mata air baru. Tidak mengherankan mengingat bambu adalah tanaman C3 dan efektif dalam konservasi air. Pepohonan rata-rata menyerap 35-40% air hujan; sedangkan bambu bisa menyerap sampai 90%.  Dengan demikian fungsi bambu sangatlah banyak, diantaranya adalah.
1. Meningkatkan volume air bawah tanah
2. Konservasi lahan
3. Perbaikan lingkungan dan
4. Sifat-sifat bambu sebagai bahan bangunan tahan gempa, khususnya wilayah rawan gempa.
2.4 propil desa banda
Banda merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Tarano, kabupaten Sumbawa, provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Desa merupakan satu dari 7 desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Tarano. Desa ini memiliki kodepos 84384. Desa ini memiliki jumlah penduduknya sebagian besar bersuku daerah Sumbawa. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani.mHasil pertanian utama di desa ini ialah padi, jagung dan kelapa,


III METODE PENELITIAN
3.1  Waktu dan Tempat
            Penelitian ini akan direncanakan pada tahun 2018, di Desa Banda, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa.
3.2  Populasi dan sampel
1.    Populasi
Populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah pohon bamboo desa banda kecamata tarano, kabupaten Sumbawa dengan luas wilaya
2.    Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara yang digunakan diantara lain:
a.       Pembuatan KSA
            Kurva spesies area dibuat dengan memilih lokasi yang memenuhi syarat yaitu harus adanya semai, pancang, tiang dan pohon. Sub plot 2x2, , 5x5, 10x10, 20x20, dibuat  dan  pada setiap sub plot KSA dilakukan pendaftaran jenis-jenis tanaman dari mulai dari petak kecil. Pendaftaran terus dilakukan hingga penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut . Semakin tinggi keanekaragaman jenis  maka semakin luas petak contoh yang digunkan. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi. Hasil luas minimum akan dijadikan patokan dalam analisi vegetasi.
b.       Pengambilan Spesimen
            Metode yang dilakukan dengan membuat plot dengan ukuran 20x20m sebanyak 3 lokasi. Setiap plot dibuat subplot 2x2 m2 untuk semai dan atau tumbuhan bawah, 5x5 m2  untuk pancang 10x10 m2  untuk tiang dan 20x20 m2 untuk pohon . Pengambilan spesimen dilakukan dengan mendata nama jenis, jumlah jenis, jumlah individu dan keliling masing - masing jenis tiang dan pohon.

c.        Identifikasi
            Proses identifikasi dilakukan dengan mendeskripsikan semua jenis tumbuhan yang belum diketahui nama botaninya. Deskripsi dapat dimulai dari habitat, perawakan, akar, batang daun dan ciri khusus yang dimilikinya.
d.      Analisis data 
            Hasil data pengukuran  lapangan dianallisis untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus  yang digunakan untuk menghitung analisi vegetasi antara lain:
1. Indeks Nilai Penting (INP)       
frekuensi Kerapatan Mutlak (i) =
Kerapatan Relatif (i) =
Frekuensi Mutlak (i) =
Frekuensi Relatif (i) =
Dominansi Mutlak =
Dominansi Relatif =
2. Indeks Dominansi
Keterangan :
C = Indeks dominansi
Pi = ni/N
S = Jumlah spesie
3. Indeks Simpson’s
Keterangan :
D  : Indeks simpson’s
Pi : Kelimpahan relative dari spesies ke-1
Pi2 : (Ni / Nt)2
Ni   : Jumlah individu spesie ke-1
Nt              : Jumlah total untuk semua jenis individu relatif (FR) dan dominansi relatif (DR). Stadium semai atau vegetasi bawah dan stadium sapihan atau pancang (INP = KR + FR) serta stadium tiang dan pohon (INP = KR + FR + DR) (Frilano dkk 2010).
3.4 Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
a.    Data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam berbentuk numeric atau angka, misalnya  jumlah jinis vegatasi yang ada dalam tiap tiap plot yang dibuta di hutan bambu desa banda kecamatan tarano kabupaten sumbawa
b.    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Sumber data primer, yaitu sumber data yang langsung dikumpulkan dari sumber dan dicatat pertama kali oleh peneliti,dengan memberikan daftar pertanyaan dan melakukan wawancara dengan masyarakat yang memanfaatkan pohon bambu dan terjun langsung ke lapangan untuk menganalisis vegetasi hutan bambu di desa banda kecamatan tarano kabupaten sumbawa.
2.    Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh dari kepustakaan yang merupakan sumber data pendukung dimana berhubungan dengan pembahasan penelitian ini seperti gambaran umum daerah penelitian.





DAFTAR PUSTAKA
Anonima.2009. Proposal.Http//www.geocities.com/irwantoshut/proposal_s2.html. (6 februari 2015).
Arifin A. 2002. Hutan dan Kehutanan. Jogyakarta. Penerbit Kanisius.
Frilano D et al . 2010. Laporan Study Lapang Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan di Tanung Besar, Kecamatan Tukak Sadai Kabupaten Bangka Selatan. Bangka : Universitas Bangka Belitung.
Greig-Smith, P. 1983.Quantitative and Dynamic Plant Ecology. Second Edition, Butterworts. London.
Irwan ZD. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas & Lingkungan. Jakarta. Bumi Aksara.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta. Bumi Aksara.
Indriyanto, I. 2010. Ekologi Hutan. Bandar Lampung. Penerbit Bumi Aksara.
Muller D and JH Ellenberg.1974. Aims and Methods of vegetation Ecology. By John Wiley and sons. New York. P.45.
Odum, E . P. 1972. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunder Company Philadelphia. London Toronto.
Whittaker, R. H. 1975. Communities and Ecosystem . Mac millan Publishing Co. Inc. New York.Collier-Mac millan Publishing Limited Dublin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar