ANALISIS VEGETASI HUTAN BAMBU DAN NILAI MANFAAT POHON BAMBU DI DESA BANDA,
KECAMATAN TARANO, KABUPATEN SUMBAWA
DISUSUN
OLEH :
NAMA : PIJE IRWANSYAH
NIM : 105950046714
JURUSAN
KEHUTANAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bambu merupakan kelompok hasil hutan
bukan kayu (HHBK) yang potensial dapat mensubstitusi penggunaan kayu.
Keberhasilan bambu mensubstitusi kayu untuk bahan baku industri berbasis bahan
baku kayu dapat dilihat dari beberapa produk yang beredar di pasaran seperti
sumpit (chopstick), tusuk gigi (toothstick), particleboard, playbamboo dan
gagang korek api.
Lebih 1.000 species bambu dalam 80
genera, sekitar 200 species dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara
(Dransfield dan Widjaja, 1995), sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60
jenis. Tanaman bambu Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan
dengan ketinggian sekitar 300 m dpl. Pada umumnya ditemukan ditempat-tempat
terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air.
Salah satu daerah di Indonesia yang
ditumbuhi oleh pohon bambu adalah kabupaten
Sumbawa kecamatan tarano, desa banda yang merupakan daerah yang beriklim tropis
yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. salah satu bambu yang ada
di desa banda ini yaitu Bambu duri
atau Bambusa blumeana adalah bambu yg pada buku batang
dan rantingnya tumbuh duri.
Bambu duri memiliki nama lain yaitu haur
cucuk di Sunda
dan pring gesing di Jawa. Oleh
karena itu, penelitian ini untuk mengungkap Analisis Struktur Dan Komposisi Vegetasi Pohon Bambu
menjadi penting dilakukan.
Rumusan
masala
1. Apa saja manfaat bambu bagi
masyarakat desa banda ?
2.
Beberapa besar distribusi sebaran
diameter dan volume pada tegakan Pohon di Hutan Pendidikan Bengo-Bengo.
3.
Beberapa rata-rata, median, modus,
simpangan baku, dan varians serta bagaimana bentuk polygon frekuwensi dan
histogram tegakan pohon di Hutan Pendidikan Bengo-Bengo.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui Struktur Dan
Komposisi Vegetasi pohon Bambu di desa banda
2. Untuk mengetahui nilai manfaat pohon
bamboo di desa banda
1.3 Manfaat
2. Sebagai data awal untuk mengetahui
struktur vegetasi pohon bambu desa banda
3. Untuk mengetahui komposisi jenis
dan struktur vegetasi pohon bambu desa
banda
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis
Vegetasi
Analisis Vegetasi adalah cara
mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) masyarakat
tumbuh-tumbuhan. Gambaran tentang keadaan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang
dimaksud dapat diketahui melalui analisis ekologi tumbuh - tumbuhan atau
vegetasi yang mempelajari perkembangan mengenai komposisi (susunan jenis) dan
struktur (bentuk) masyarakat tumbuh-tumbuhan yang menyusun formasi hutan.
Komposisi dan struktur suatu vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor,
seperti flora setempat, habitat (iklim, tanah dan lain lain), waktu dan
kesempatan (Marsono 1977 dalam Anonim 2009).
Struktur vegetasi terdiri dari
individu – individu yang membentuk tegakan didalam suatu ruang. Komunitas
tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuhan yang masing-masing individu
mempertahankan sifatnya (Danseral-Dombois 1974).
Vegetasi tidak bisa terlepas dari
komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi
fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu
vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar : tumbuhan yang memiliki
kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagimenjadi banyak sub
tangkai.
2. Epifit : tumbuhan yang hidup
dipermukaan tumbuhan lain ( biasanya pokon dan palma). Epifit mungkin hidup
sebagai parasit atau hemi-parasit
3. Paku-pakuan : tumbuhan tapa buga
atau tangkai , biasanya memilik rizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada
rizoma tersebut keluar tangkai daun.
4. Palma : tumbuhan yang tangkainya
menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama
.
5. Pemanjat : tumbuhan sepeerti kayu
atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun meramabat atau memnajatuntuk
penyokongnya seperti kau atau belukar
6. Terna : tumbuhan yang merambat
ditanah namun tidak menyerupai rumput
7. Pohon : tumbuhan yang memiliki kayu
besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangakai utama dengan ukuran
diameter lebih dari 20 cm.
Masyarakat
hutan dibagi menurut tingkat yaitu bentuk pohon, bentuk tiang, bentuk pancang,
dan bentuk tumbuhan bawah (seedling dan rerumputan). Bentuk pohon yaitu pohon
yang telah berdiameter lebih sama dengan 20 cm.Bentuk tiang yaitu pohon muda
berdimeter 10 cm sampai kurang dari 20 cm. Bentuk pancang yaitu permudaan
dengan tinggi 1,5 m – anakan berdiameter kurang dari 10 cm, sedangkan semai
(bentuk tumbuhan bawah) yaitu permudaan mulai dari kecambah sampai anakan
kurang dari 1,5 m. Pembagian ini dimaksud untuk memudahkan dalam pengenalan dan
penentuan petak ukur contoh yang digunakan dilapangan. Kemudian contoh dan data
yang diperoleh tergantung pada pengambilan contoh karena perubahan yang terjadi
dalam kehidupan memerlukan pendekatan melalui penyelidikan (Muller dan
Ekkenberg 1974).
Unsur
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.
Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan
tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang strukt ur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan
pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam tiga kategori
yaitu
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam
suatu area dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan area lain atau
area yang sama namun waktu pengamatan berbeda;
2. Menduga tentang keragaman jenis
dalam suatu area
3. Melakukan korelasi antara perbedaan
vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (greig-smith
1983 dalam anonim2009)
2.2 Hutan
Hutan merupakan suatu masyarakat
tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang
terletak pada suatu kawasan dan membentuk suatu ekosistem yang berada dalam
keadaan keseimbangan dinamis. Dengan demikian berarti berkaitan dengan
proses-proses yang berhubungan yaitu:
1. Hidrologis, artinya hutan merupakan
gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air hujan maupun embun. Hutan
juga berperan untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya.
2. Iklim, artinya komponen ekosistem
alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan (air), sinar matahari (suhu),angin dan
kelembapan yang sangat mempengaruhi kehidupan yang ada dipermukaan bumi,
terutama iklim makro maupun mikro.
3. Kesuburan tanah, artinya tanah hutan
merupakan pembentuk humus utama dan penyimpan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan
lain.
4. Keanekaragaman genetik, artinya
hutan memilki kekayaan dari berbagai jenis flora dan fauna.
5. Sumber daya alam, artinya hutan
mampu memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi devisa negara,
terutama di bidang industri.
6. Wilayah wisata alam, artinya hutan
mampu berfungsi sebagai sumber i
7. nspirasi, nilai estetika, etika dan
sebagainya.
Pohon tidak dapat dipisahkan dari
hutan, karena pepohonan adalah vegetasi utama penyusun hutan tersebut. Selama
pertumbuhannya pohon melewati berbagai tingkat kehidupan sehubungan dengan
ukuran tinggi dan diameternya. Menurut undang undang nomor 41 tahun 1999
tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi jenis pepohonan dalam
persekutuan dengan lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat
dipisahkan (Anonim 2009).
Suatu kondisi hutan yang luas
diperlukan kegiatan analisis vegetasi yang erat kaitannya dengan sampling.
Samping dilakukan dengan menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam sampling yaitu jumlah
petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisis vegetasi yang
digunakan (Indriyanto 2006).
Prinsip penentuan ukuran petak
adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat
mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat
dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik
berat analisis vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa
menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas
tersebut, maka dapat menggunakan teknik kurva spesies area (KSA). Kurva species
area ini diperlukan untuk dapat menetapkan :
1. Luas atau besar minimum suatu petak
yang dapat mewakili luas tegakan;
2. Jumlah minimal petak-petak sampling
kecil yang diperlukan agar hasilnya mewakili keadaan tegakan.
Ada dua cara peletakan petak contoh,
yaitu cara acak (random sampling) dan cara sistematik (systematic sampling),
random sampling hanya mungkin digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutan
tanaman atau hutan rumput (artinya, kita bebas menempatkan petak contoh dimana
saja, karena peluang menemukan jenis berbeda tiap petak contoh relatif kecil).
Selanjutnya, penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematic sampling, karena lebih mudah dalam pelaksanaannya dan
data yang dihasilkan dapat bersifat representative dan dapat juga menggunakan purposeive
sampling dalam keadaan tertentu (Irwan 2003).
2.3 klasifikasi
Bambu
Bambu merupakan kelompok hasil hutan
bukan kayu (HHBK) yang potensial dapat mensubstitusi penggunaan kayu.
a. Deskripsi tanaman
Di
seluruh dunia terdapat 75 genus dan 1.500 spesies bambu. Di Indonesia sendiri
dikenal ada 10 genus bambu, antara lain: Arundinaria, Bambusa, Dendrocalamus,
Dinochloa, Gigantochloa, Melocanna, Nastus, Phyllostachys, Schizostachyum, dan
Thyrsostachys. Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut
juga Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang
(buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah
dewasa pada umur 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku,
beruas-ruas berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas
atau cabang (Otjo dan Atmadja, 2006). Salah satu jenis bambu yang sudah banyak
dikenal dan sering dimanfaatkan oleh
masyarakat adalah bambu tali atau bambu apus. Bambu ini termasuk dalam
genus Giga ntochloa, Berikut ini urutan klasifikasi bambu tersebut.
Devisi: Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Klas: Monocotiledonae
Ordo: Graminales
Famili : Gramineae
Subfamili : Bambusoideae
Genus: Gigantochloa
b. Pemanfaatan Tanaman Bambu
1. Akar
Akar Akar tanaman bambu dapar
berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran. Akar bambu
juga dapat berperan dalam menanganai limbah beracun akibat keracunan merkuri.
Bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut
akarnya
2. Batang
Batang bambu baik yang masih muda
maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan, namun
demikian tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan. Secara geris besar
pemanfaatan batang bambu dapat diglongkan kedalam dua hal yaitu:
1. Berdasarkan bentuk bahan baku, yaitu
a. Bambu yang masih dalam keadaan
bulat, umumnya digunakan untuk tiang pada bangunan rumah sederhana.
b. Bambu yang sudah dibelah, umumnya
digunakan untuk dinding rumah, rangka atap (yang terbuat dari ijuk atau
rumbia), simpit, kerajinan tangan dan lain sebagainya.
c. Gabungan bambu bulat dan sudah
dibelah serta serat bambu, umumnya digunakan untuk aneka kerajinan tangan,
misalnya keranjang, kursi, meja, dan lain-lain.
2. Berdasarkan penggunaan akhir yaitu untuk konstruksi dan
non konstruksi
3. Daun
Daun bambu dapat digunakan sebagai
alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Selain itu
didalam pengobatan tradisional daun bambu dapat dimanfaatkan untuk mengobati
deman panas pada anak-anak. Hal ini disebabkan karena daun bambu mengandung zat
yang bersifat mendinginkan.
4. Rebung
Rebung, tunas bambu atau disebut
juga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang
berasal dari akar rhizom maupun buku-bukunya. Rebung merupakan anakan dari
bambu, rebung yang masih bisa kita konsumsi sebagai sayur berumur kerkisar 1-5
bulan. Rebung dapat difanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam
jenis sayur-sayuran. Tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk
bahan pangan, karena rasanya yang pahit. Menurut beberapa pengusaha rebung
bambu yang rebungnya enak dimakan diantaranya adalah bambu betung
c.
Manfaat
Bambu Secara Ekologi
Tanaman
bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat.
Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini menjaga sistem
hidrologis sebagai pengikat tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai
tanaman konservasi.
Kerusakan sumber daya alam di
Indonesia telah melampaui ambang batas kerusakan dan cenderung untuk menuju
kepada kemusnahan fatal apabila tidak ada usaha penanggulangannya yang berarti.
Kawasan hutan seluas 122 juta ha tinggal separuhnya akibat pembalakan liar,
yang sampai saat kini belum ada penanganannya secara tuntas. Akibatnya kita
dapat merasakan sendiri malapetaka bagi seluruh lapisan masyarakat seperti
terjadinya banjir, longsor, sendimentasi, pendangkalan sungai serta muaranya
pada musim hujan serta kekurangan air.
Environment Bamboo Foundation mendapat laporan dari banyak negara
bahwa debit air meningkat setelah beberapa tahun ditanami bambu dan dalam
beberapa kasus muncul mata air baru. Tidak mengherankan mengingat bambu adalah
tanaman C3 dan efektif dalam konservasi air. Pepohonan rata-rata menyerap
35-40% air hujan; sedangkan bambu bisa menyerap sampai 90%. Dengan demikian fungsi bambu sangatlah
banyak, diantaranya adalah.
1. Meningkatkan volume air bawah tanah
2. Konservasi lahan
3. Perbaikan lingkungan dan
4. Sifat-sifat bambu sebagai bahan bangunan tahan gempa,
khususnya wilayah rawan gempa.
2.4 propil desa banda
Banda merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan
Tarano,
kabupaten
Sumbawa, provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Desa merupakan satu dari 7 desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Tarano.
Desa ini memiliki kodepos 84384. Desa ini memiliki jumlah penduduknya sebagian
besar bersuku daerah Sumbawa. Sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian petani.mHasil pertanian utama di desa ini ialah padi, jagung
dan kelapa,
III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu
dan Tempat
Penelitian ini akan direncanakan
pada tahun 2018, di Desa Banda, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa.
3.2 Populasi
dan sampel
1.
Populasi
Populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
adalah pohon bamboo desa banda kecamata tarano, kabupaten Sumbawa dengan luas
wilaya
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara yang digunakan diantara lain:
a. Pembuatan KSA
Kurva spesies area dibuat dengan
memilih lokasi yang memenuhi syarat yaitu harus adanya semai, pancang, tiang
dan pohon. Sub plot 2x2, , 5x5, 10x10, 20x20, dibuat dan
pada setiap sub plot KSA dilakukan pendaftaran jenis-jenis tanaman dari
mulai dari petak kecil. Pendaftaran terus dilakukan hingga penambahan luas
petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%. Luas petak
contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada
areal tersebut . Semakin tinggi keanekaragaman jenis maka semakin luas petak contoh yang digunkan.
Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi. Hasil luas minimum akan
dijadikan patokan dalam analisi vegetasi.
b. Pengambilan Spesimen
Metode yang dilakukan dengan membuat
plot dengan ukuran 20x20m sebanyak 3 lokasi. Setiap plot dibuat subplot 2x2 m2
untuk semai dan atau tumbuhan bawah, 5x5 m2 untuk pancang 10x10 m2 untuk tiang dan 20x20 m2
untuk pohon . Pengambilan spesimen dilakukan dengan mendata nama jenis, jumlah
jenis, jumlah individu dan keliling masing - masing jenis tiang dan pohon.
c. Identifikasi
Proses identifikasi dilakukan dengan
mendeskripsikan semua jenis tumbuhan yang belum diketahui nama botaninya.
Deskripsi dapat dimulai dari habitat, perawakan, akar, batang daun dan ciri
khusus yang dimilikinya.
d. Analisis
data
Hasil data pengukuran lapangan dianallisis untuk mengetahui kondisi
kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung analisi
vegetasi antara lain:
1. Indeks Nilai Penting (INP)
frekuensi Kerapatan Mutlak (i) =
Kerapatan
Relatif (i) =
Frekuensi
Mutlak (i) =
Frekuensi
Relatif (i) =
Dominansi
Mutlak =
Dominansi
Relatif =
2. Indeks Dominansi
Keterangan
:
C
= Indeks dominansi
Pi
= ni/N
S
= Jumlah spesie
3. Indeks Simpson’s
Keterangan
:
D : Indeks simpson’s
Pi : Kelimpahan relative dari spesies ke-1
Pi2
: (Ni / Nt)2
Ni :
Jumlah individu spesie ke-1
Nt
: Jumlah total untuk semua jenis individu relatif (FR) dan dominansi relatif (DR). Stadium semai atau
vegetasi bawah dan stadium sapihan atau pancang (INP = KR + FR) serta stadium
tiang dan pohon (INP = KR + FR + DR) (Frilano dkk 2010).
3.4
Jenis data
Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
a.
Data kuantitatif, yaitu data yang
dinyatakan dalam berbentuk numeric atau angka, misalnya jumlah jinis vegatasi yang ada dalam tiap tiap
plot yang dibuta di hutan bambu desa banda kecamatan tarano kabupaten sumbawa
b.
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Sumber data primer, yaitu sumber data
yang langsung dikumpulkan dari sumber dan dicatat pertama kali oleh peneliti,dengan
memberikan daftar pertanyaan dan melakukan wawancara dengan masyarakat yang
memanfaatkan pohon bambu dan terjun langsung ke lapangan untuk menganalisis
vegetasi hutan bambu di desa banda kecamatan tarano kabupaten sumbawa.
2. Sumber
data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh dari kepustakaan yang merupakan
sumber data pendukung dimana berhubungan dengan pembahasan penelitian ini
seperti gambaran umum daerah penelitian.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonima.2009. Proposal.Http//www.geocities.com/irwantoshut/proposal_s2.html.
(6 februari 2015).
Arifin A. 2002. Hutan
dan Kehutanan. Jogyakarta. Penerbit Kanisius.
Frilano D et al . 2010.
Laporan Study Lapang Struktur dan
Komposisi Vegetasi Hutan di Tanung Besar, Kecamatan Tukak Sadai Kabupaten
Bangka Selatan. Bangka : Universitas Bangka Belitung.
Greig-Smith,
P. 1983.Quantitative and Dynamic Plant
Ecology. Second Edition, Butterworts. London.
Irwan ZD. 2003. Prinsip-prinsip
Ekologi dan Organisasi Ekosistem Komunitas & Lingkungan. Jakarta. Bumi
Aksara.
Indriyanto. 2006. Ekologi
Hutan. Jakarta. Bumi Aksara.
Indriyanto, I. 2010. Ekologi
Hutan. Bandar Lampung. Penerbit Bumi Aksara.
Muller D and JH Ellenberg.1974. Aims and Methods of
vegetation Ecology. By John Wiley and sons. New York. P.45.
Odum, E .
P. 1972. Fundamentals of Ecology. W.
B. Saunder Company Philadelphia. London Toronto.
Whittaker,
R. H. 1975. Communities and Ecosystem
. Mac millan Publishing Co. Inc. New York.Collier-Mac millan Publishing Limited
Dublin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar